BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara umum
pertolongan pertama untuk korban yang mengalami luka terbuka pada cedera jaringan lunak sama seperti pertolongan pertama pada korban yang
mengalami perdarahan luar. Sebagai seorang pelaku pertolongan pertama kita
harus segera menghentikan perdarahan tersebut.
Tentunya timbul
pertanyaan apakah Pembalutan Luka ini penting? Ya, karena pembalutan ini
berfungsi membantu mengendalikan Perdarahan, mempertahankan penutup luka pada tempatnya, dan
menjadi penopang bagian tubuh yang cedera.
Ada 4 (empat) jenis
pembalut luka yang harus teman-teman ketahui yaitu;
a. Pembalut Pita / Gulung
b. Pembalut Segitiga / Mitela
c. Pembalut Tabung / Tubuler
d.
Pembalut
Penekan.
Cedera
sering dialami oleh seorang atlit, seperti cedera goresan, robek pada ligamen,
atau patah tulang karena terjatuh. Cedera tersebut biasanya memerlukan
pertolongan yang profesional dengan segera. Banyak sekali permasalahan yang
dialami oleh atlit olahraga, tidak terkecuali dengan sindrom ini. Sindrom ini
bermula dari adanya suatu kekuatan abnormal dalam level yang rendah atau
ringan, namun berlangsung secara berulang-ulang dalam jangka waktu lama. Jenis
cedera ini terkadang memberikan respon yang baik bagi pengobatan sendiri.
Tak
ada yang menyangkal jika olahraga baik untuk kebugaran tubuh dan melindungi
kita dari berbagai penyakit. Namun, berolahraga secara berlebihan dan
mengabaikan aturan berolahraga yang benar, malah mendatangkan cedera yang
membahayakan dirinya sendiri.
Ada
beberapa hal yang menyebabkan cedera akibat aktivitas olahraga yang salah.
Menurut Wijanarko Adi Mulya, pengurus PBSI (persatuan bulutangkis seluruh
Indonesia) Jawa Timur, aktivitas yang salah ini karena pemanasan tidak memenuhi
syarat, kelelahan berlebihan terutama pada otot, dan salah dalam melakukan
gerakan olahraga. Kasus cedera yang paling banyak terjadi, biasanya dilakukan
para pemula yang biasanya terlalu berambisi menyelesaikan target latihan atau
ingin meningkatkan tahap latihan.
Cedera
akibat berolahraga paling kerap terjadi pada atlet, tak terkecuali atlet
senior. Biasanya itu terjadi akibat kelelahan berlebihan karena panjangnya
waktu permainan (misalnya ada babak tambahan) atau terlalu banyaknya partai
pertandingan yang harus diikuti.
Cara yang lebih efektif dalam mengatasi cedera adalah
dengan memahami beberapa jenis cedera dan mengenali bagaimana tubuh kita
memberikan respon terhadap cedera tersebut. Juga, akan dapat untuk memahami
tubuh kita, sehingga dapat mengetahui apa yang harus dilakukan untuk mencegah
terjadinya cedera, bagaimana mendeteksi suatu cedera agar tidak terjadi parah,
bagaimana mengobatinya dan kapan meminta pengobatan secara profesional
(memeriksakan diri ke dokter).
Perawatan dan pencegahan cedera di perguruan tinggi.
Khususnya para mahasiswa pendidikan jasmani. Makalah ini mencakup agar
mahasiswa mampu melaksanakan dan faham tentang prinsip-prinsip, faktor-faktor
perawatan cedera dalam olahraga serta dapat mempraktekkanya pada saat menempuh
perkuliahan maupun setelah lulus dan menjadi guru pendidikan jasmani di
sekolah.
1.2 Tujuan
Instruksional
Setelah mempelajari makalah ini
diharapkan mahasiswa dapat :
- Menjelaskan pengertian cedera
- Mengenal secara mendalam tentang macam-macam cedera
- Dapat menjelaskan penyebab dan pencegahan cedera
- Mampu menyampaikan informasi dan menunjukkan tata cara pengobatan cedera
1.3 Manfaat
Penelitian
Di dalam
makalah ini kita dapat mengetahui manfaat dan kerugian dari Cedera tersebut.
Baik cedera Luka terbuka maupun Patah Tulang.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa
rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui definisi luka terbuka dan patah tulang
2.
Untuk mengetahui penyebab luka
terbuka dan patah tulang
3.
Untuk mengetahui macam macam luka terbuka dan patah tulang
4.
Untuk mengetahui penatalaksanaan luka terbuka dan patah tulang
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Cedera pada Luka Terbuka dan Patah Tulang
2.1.1 Patah Tulang
Cedera
Otot Rangka
Alat
gerak yang terdiri dari tulang, sendi, jaringan ikat dan otot pada manusia
sangat penting. Setiap cedera atau gangguan yang terjadi pada sistem ini akan
mengakibatkan terganggunya pergerakan seseorang untuk sementara atau selamanya.
Gangguan
yang paling sering dialami pada cedera otot rangka adalah Patah tulang.
Pengertian patah tulang ialah terputusnya jaringan tulang, baik seluruhnya atau
hanya sebagian saja.
2.1.2 Penyebab Patah
tulang
Pada
dasarnya tulang itu merupakan benda padat, namun masih sedikit memiliki
kelenturan. Bila teregang melampau batas kelenturannya maka tulang tersebut
akan patah.
Cedera
dapat terjadi sebagai akibat :
1.
Gaya langsung.
Tulang langsung menerima gaya yang besar sehingga patah.
2.
Gaya tidak langsung.
Gaya yang terjadi pada satu bagian tubuh diteruskan ke bagian tubuh
lainnya yang relatif lemah, sehingga akhirnya bagian lain iilah yang patah.
Bagian yang menerima benturan langsung tidak mengalami cedera berarti.
3.
Gaya puntir.
Selain gaya langsung, juga tulang dapat menerima puntiran atau terputar
sampai patah.
Ini sering terjadi pada lengan. Mekanisme terjadinya cedera harus
diperhatikan pada kasus-kasus yang berhubungan dengan patah tulang. Ini dapat
memberikan gambaran kasar kepada kita seberapa berat cedera yang kita hadapi.
2.1.3 Gejala dan tanda patah tulang
Mengingat
besarnya gaya yang diterima maka kadang kasus patah tulang gejalanya dapat
tidak jelas. Beberapa gejala dan tanda yang mungkin dijumpai pada patah tulang
:
1.
Terjadi perubahan bentuk pada anggota badan yang patah. Seing
merupakan satu-satunya tanda yang terlihat. Cara yang paling baik untuk
menentukannya adalah dengan membandingkannya dengan sisi yang sehat.
2.
Nyeri di daerah yang patah dan kaku pada saat ditekan atau bila digerakkan.
3. Bengkak, disertai memar / perubahan warna
di daerah yang cedera.
4. Terdengar suara berderak pada daerah yang patah (suara ini tidak perlu
4. Terdengar suara berderak pada daerah yang patah (suara ini tidak perlu
dibuktikan dengan menggerakkan bagian cedera tersebut) Mungkin
terlihat bagian tulang yang patah pada luka.
2.1.4 Pembagian Patah Tulang
Berdasarkan kedaruratannya patah tulang dibagi menjadi 2
yaitu :
1. Patah tulang terbuka
2. Patah tulang tertutup
Yang membedakannya adalah lapisan kulit di atas bagian
yang patah. Pada
patah tulang terbuka, kulit di permukaan daerah yang
patah terluka. Pada
kasus yang berat bagian tulang yang patah terlihat dari
luar. Perbedaannya
adalah jika ada luka maka kuman akan dengan mudah sampai
ke tulang,
sehingga dapat terjadi infeksi tulang. Patah tulang
terbuka termasuk
kedaruratan segera
2.1.5 Pembidaian
Penanganan
patah tulang yang paling utama adalah dengan melakukan pembidaian. Pembidaian
adalah berbagai tindakan dan upaya untuk mengistirahatkan bagian yang patah.
Tujuan pembidaian :
1.
Mencegah pergerakan/pergeseran dari ujung tulang yang patah.
2.
Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar bagian tulang yang patah.
3.
Memberi istirahat pada anggota badan yang patah.
4.
Mengurangi rasa nyeri.
5.
Mempercepat penyembuhan
2.1.6 Beberapa macam jenis bidai :
1. Bidai keras.
Umumnya
terbuat dari kayu, alumunium, karton, plastik atau bahan lain
yang kuat dan ringan.Pada dasarnya merupakan bidai yang
paling baik dan
sempurna dalam keadaan darurat.Kesulitannya adalah
mendapatkan bahan
yang memenuhi syarat dilapangan.
Contoh : bidai kayu,
bidai udara, bidai vakum.
2.
Bidai traksi.
Bidai
bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya, hanya dipergunakan
oleh tenaga yang terlatih khusus, umumnya dipakai pada patah tulang paha.
Contoh
: bidai traksi tulang paha.
3.
Bidai improvisasi.
Bidai
yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk penopang.
Pembuatannya sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan
improvisasi si penolong.
Contoh
: majalah, koran, karton dan lain-lain.
4.
Gendongan/Belat dan bebat.
Pembidaian
dengan menggunakan pembalut, umumnya dipakai mitela
(kain segitiga) dan memanfaatkan tubuh
penderita sebagai sarana untuk menghentikan pergerakan daerah cedera.
Contoh : gendongan lengan.
2.1.7 Pedoman umum pembidaian
Membidai dengan bidai jadi ataupun improvisasi, haruslah
tetap mengikuti pedoman umum.
1. Sedapat mungkin beritahukan rencana tindakan kepada
penderita.
2. Sebelum membidai paparkan seluruh bagian yang cedera
dan rawat
perdarahan bila ada.
3.
Selalu buka atau bebaskan pakaian pada daerah sendi sebelum membidai, buka perhiasan di daerah patah atau
di bagian distalnya.
4.
Nilai gerakan-sensasi-sirkulasi (GSS) pada bagian distal cedera sebelum
melakukan pembidaian.
5.
Siapkan alat-alat selengkapnya.
Jangan berupaya merubah posisi bagian yang cedera. Upayakan membidai
dalam posisi ketika ditemukan.
6. Jangan berusaha memasukkan bagian tulang
yang patah.
7. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang
yang patah. Sebelum dipasang
diukur lebih dulu pada anggota badan penderita yang sehat.
8. Bila cedera terjadi pada sendi, bidai
kedua tulang yang mengapit sendi
tersebut. Upayakan juga membidai sendi distalnya.
9. Lapisi bidai dengan bahan yang lunak, bila
memungkinkan.
10.Isilah bagian yang kosong antara tubuh
dengan bidai dengan bahan
pelapis.
11.Ikatan jangan terlalu keras dan jangan longgar.
11.Ikatan jangan terlalu keras dan jangan longgar.
12.Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari
sendi yang banyak bergerak,
kemudian sendi atas dari tulang yang patah.
13.Selesai dilakukan pembidaian, dilakukan
pemeriksaan GSS kembali,
bandingkan dengan pemeriksaan GSS yang pertama.
14.Jangan membidai berlebihan.
2.2 Perawatan Luka Terbuka
2.2.1 Definisi Luka Terbuka
Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan,
dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang.
Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :
· Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
· Respon stres simpatis
· Perdarahan dan pembekuan darah
· Kontaminasi bakteri
· Kematian sel
2.2.2 Mekanisme terjadinya luka :
1. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misal yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura seterah seluruh pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi)
2. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
3. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.
4. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
5. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh kawat.
6. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.
7. Luka Bakar (Combustio)
Menurut tingkat Kontaminasi terhadap luka :
1. Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup (misal; Jackson – Pratt). Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%.
2. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% - 11%.
3. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% - 17%.
4. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya mikroorganisme pada luka. Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka, dibagi menjadi :
· Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.
· Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.
· Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya.
·
Stadium
IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang
dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.
Menurut waktu penyembuhan luka dibagi menjadi :
1. Luka akut : yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan yang telah disepakati.
2. Luka kronis yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen.
2.2.3 PROSES PENYEMBUHAN LUKA
Tubuh secara normal akan berespon terhadap cedera dengan jalan “proses peradangan”, yang dikarakteristikkan dengan lima tanda utama: bengkak (swelling), kemerahan (redness), panas (heat), Nyeri (pain) dan kerusakan fungsi (impaired function). Proses penyembuhannya mencakup beberapa fase :
1. Fase Inflamasi
Fase inflamasi adalah adanya respon vaskuler dan seluler yang terjadi akibat perlukaan yang terjadi pada jaringan lunak. Tujuan yang hendak dicapai adalah menghentikan perdarahan dan membersihkan area luka dari benda asing, sel-sel mati dan bakteri untuk mempersiapkan dimulainya proses penyembuhan. Pada awal fase ini kerusakan pembuluh darah akan menyebabkan keluarnya platelet yang berfungsi sebagai hemostasis. Platelet akan menutupi vaskuler yang terbuka (clot) dan juga mengeluarkan “substansi vasokonstriksi” yang mengakibatkan pembuluh darah kapiler vasokonstriksi. Selanjutnya terjadi penempelan endotel yang akan menutup pembuluh darah. Periode ini berlangsung 5-10 menit dan setelah itu akan terjadi vasodilatasi kapiler akibat stimulasi saraf sensoris (Local sensory nerve endding), local reflex action dan adanya substansi vasodilator (histamin, bradikinin, serotonin dan sitokin). Histamin juga menyebabkan peningkatan permeabilitas vena, sehingga cairan plasma darah keluar dari pembuluh darah dan masuk ke daerah luka dan secara klinis terjadi oedema jaringan dan keadaan lingkungan tersebut menjadi asidosis.
Secara klinis fase inflamasi ini ditandai dengan : eritema, hangat pada kulit, oedema dan rasa sakit yang berlangsung sampai hari ke-3 atau hari ke-4.
2. Fase Proliferatif
Proses kegiatan seluler yang penting pada fase ini adalah memperbaiki dan menyembuhkan luka dan ditandai dengan proliferasi sel. Peran fibroblas sangat besar pada proses perbaikan yaitu bertanggung jawab pada persiapan menghasilkan produk struktur protein yang akan digunakan selama proses reonstruksi jaringan.
Pada jaringan lunak yang normal (tanpa perlukaan), pemaparan sel fibroblas sangat jarang dan biasanya bersembunyi di matriks jaringan penunjang. Sesudah terjadi luka, fibroblas akan aktif bergerak dari jaringan sekitar luka ke dalam daerah luka, kemudian akan berkembang (proliferasi) serta mengeluarkan beberapa substansi (kolagen, elastin, hyaluronic acid, fibronectin dan proteoglycans) yang berperan dalam membangun (rekontruksi) jaringan baru. Fungsi kolagen yang lebih spesifik adalah membentuk cikal bakal jaringan baru (connective tissue matrix) dan dengan dikeluarkannya substrat oleh fibroblas, memberikan pertanda bahwa makrofag, pembuluh darah baru dan juga fibroblas sebagai kesatuan unit dapat memasuki kawasan luka. Sejumlah sel dan pembuluh darah baru yang tertanam didalam jaringan baru tersebut disebut sebagai jaringan “granulasi”.
Fase proliferasi akan berakhir jika epitel dermis dan lapisan kolagen telah terbentuk, terlihat proses kontraksi dan akan dipercepat oleh berbagai growth faktor yang dibentuk oleh makrofag dan platelet.
2. Fase Maturasi
Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai kurang lebih 12 bulan. Tujuan dari fase maturasi adalah ; menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan yang kuat dan bermutu. Fibroblas sudah mulai meninggalkan jaringan granulasi, warna kemerahan dari jaringa mulai berkurang karena pembuluh mulai regresi dan serat fibrin dari kolagen bertambah banyak untuk memperkuat jaringan parut. Kekuatan dari jaringan parut akan mencapai puncaknya pada minggu ke-10 setelah perlukaan.
Untuk mencapai penyembuhan yang optimal diperlukan keseimbangan antara kolagen yang diproduksi dengan yang dipecahkan. Kolagen yang berlebihan akan terjadi penebalan jaringan parut atau hypertrophic scar, sebaliknya produksi yang berkurang akan menurunkan kekuatan jaringan parut dan luka akan selalu terbuka.
Luka dikatakan sembuh jika terjadi kontinuitas lapisan kulit dan kekuatan jaringan parut mampu atau tidak mengganggu untuk melakukan aktifitas normal. Meskipun proses penyembuhanluka sama bagi setiap penderita, namun outcome atau hasil yang dicapai sangat tergantung pada kondisi biologis masing-masing individu, lokasi serta luasnya luka. Penderita muda dan sehat akan mencapai proses yang cepat dibandingkan dengan kurang gizi, diserta penyakit sistemik (diabetes mielitus).
2.2.4 Faktor yang mempengaruhi penyembuhan Luka
1. Usia
Semakin tua seseorang maka akan menurunkan kemampuan penyembuhan jaringan
2. Infeksi
Infeksi tidak hanya menghambat proses penyembuhan luka tetapi dapat juga menyebabkan kerusakan pada jaringan sel penunjang, sehingga akan menambah ukuran dari luka itu sendiri, baik panjang maupun kedalaman luka.
3. Hipovolemia
Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
4. Hematoma
Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang besar hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka.
5. Benda asing
Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah (“Pus”).
6. Iskemia
Iskemi merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.
7. Diabetes
Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan protein-kalori tubuh.
8. Pengobatan
· Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap
cedera
· Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan
· Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri
penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka
pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi intravaskular.
2.2.5 Alat dan Bahan balutan untuk Luka
Bahan untuk Membersihkan Luka
· Alkohol 70%
· Aqueous and tincture of chlorhexidine gluconate (Hibitane)
· Aqueous and tincture of benzalkonium chloride (Zephiran Cloride)
· Hydrogen Peroxide
· Natrium Cloride 0.9%
Bahan untuk Menutup Luka
· Verband dengan berbagai ukuran
Bahan untuk mempertahankan balutan
· Adhesive tapes
· Bandages and binders
2.2.6 Komplikasi dari Luka
a. Hematoma (Hemorrhage)
Perawat harus mengetahui lokasi insisi pada pasien, sehingga balutan dapat diinspeksi terhadap perdarahan dalam interval 24 jam pertama setelah pembedahan.
b. Infeksi (Wounds Sepsis)
Merupakan infeksi luka yang sering timbul akibat infeksi nosokomial di rumah sakit. Proses peradangan biasanya muncul dalam 36 – 48 jam, denyut nadi dan temperatur tubuh pasien biasanya meningkat, sel darah putih meningkat, luka biasanya menjadi bengkak, hangat dan nyeri.
Jenis infeksi yang mungkin timbul antara lain :
· Cellulitis merupakan infeksi bakteri pada jaringan
· Abses, merupakan infeksi bakteri terlokalisasi yang ditandai oleh : terkumpulnya
pus (bakteri, jaringan nekrotik, Sel Darah Putih).
· Lymphangitis, yaitu infeksi lanjutan dari selulitis atau abses yang menuju ke
sistem limphatik. Hal ini dapat diatasi dengan istirahat dan antibiotik.
c. Dehiscence dan Eviscerasi
Dehiscence adalah rusaknya luka bedah
Eviscerasi merupakan keluarnya isi dari dalam luka
d. Keloid
Merupakan jaringan ikat yang tumbuh secara berlebihan. Keloid ini biasanya muncul tidak terduga dan tidak pada setiap orang.
Luka
terbuka yaitu luka yang melibatkan robekan pada kulit/membrane mukosa
Penyebab luka terbuka yaitu:
Penyebab luka terbuka yaitu:
•
Trauma oleh benda tajam
•
Trauma oleh benda tumpul
Jika
luka terbuka dibiarkan atau perawatannya tidak benar maka hal-hal yang
dapat
terjadi diantaranya adalah ;
•
Infeksi
Tanda-tanda
luka mengalami infeksi yaitu jika terdapat nanah pada luka yang
biasanya
menimbulkan warna kuning, hijau/coklat tergantung pada jenis bakteri
penyebab.
Dan juga bias ditandai dengan demam, nyeri tekan dan nyeri pada
daerah
luka.
•
Eviserasi
terpisahnya
lapisan luka secara total dapat menimbulkan eviserasi yaitu keluarnya
organ
visceral melalui luka yang terbuka.
•
Hematoma
Yaitu
pengumpulan darah local dibawah jaringan. Hemotoma trelihat seperti
bengkak/massa
yang sering terlihat kebiruan
Prinsip
perawatan pada luka yaitu :
•
Bersihkan dari arah area yang sedikit terkontaminasi seperti dari luka ke kulit
disekitarnya.
•
Gunakan friksi lembut saat menuangkan larutan ke kulit
•
Saat melakukan irigasi, biarkan larutan mengalir dari area yang kurang
terkontaminasi
ke area yang paling terkontaminasi. Luka diyakini kurang
terkontaminasi
dari pada kulit disekitarnya.
Cara perawatan pada luka terbuka
• Persiapkan Alat yaitu:
- Larutan steril yaitu NaCl 0,9 % yang
dapat dibeli di apotik terdekat atau air yang
telah direbus dalam suhu 100oC 10 menit
dan ditiriskan
- Sarung tangan steril yang dapat dibeli
di apotik terdekat atau jika tidak ada maka
cuci tangan yang bersih dengan sabun
- Set balutan steril (pinset anatomis 2
buah dan pinset cirurgis 1 buah, kom kecil 1
buah)
- Kantong kresek untuk sampah
- Plester
- Gunting
- Jarum suntik 10 cc 1 buah
• Tindakan perawatan luka
- Pertama cuci tangan yang bersih dengan
menggunakan sabun
- Atur posisi klien dengan nyaman
- Dekatkan peralatan
- Tuangkan larutan steril ke dalam kom
kecil lalu ambil larutan dengan jarum
Suntik
- Taruh baskom untuk menampung air
dibawah area luka
- Pasang sarung tangan steril
- Ambil jarum suntik yang telah diisi
larutan steril lalu semprotkan secara
perlahan kea rah luka, ulangi hingga
cairan yang mengalir kedalam baskom jernih
- Jika tidak memakai jarum suntik maka
masukanlah kasssa steril ke dalam larutan
steril lalu peras kassa dengan
menggunakan pinset hingga kassa menjadi lembab
lalu bersihkan luka dengan kassa
tersebut dari arah luka ke daerah sekitar luka,
dan jangan menekan luka terlalu keras
karena akan menimbulkan
pendarahan.lakukan hal tersebut sampai
luka menjadi bersih.
- Keringkan tepi-tepi luka dengan kassa
steril
- Tutup dengan kassa steril
- Lepas dan buang sarung tangan ke
kantung kresek
- Fiksasi balutan dengan pelster yang
telah dipotong –potong
- Cuci tangan- Posisikan pasien ke
posisi semula
- Alt bekas pakai/ set balutan dicuci
dengan sabun di air mengalir lalu di rebus
dalam suhu 100oC selama 10 menit dan
semua alat habis pakai masukan ke dalam
kantung kresek sampah.
PERTOLONGAN
PERTAMA PADA KORBAN PATAH TULANG DAN
DISLOKASI
Kecelakaan ringan atau berat dapat terjadi kapan saja
dan dimana saja. Untuk itu pengetahuan akan pertolongan pertama pada kecelakaan
(P3K) tidak saja vital pada saat terjadi kecelakaan , tetapi bisa berarti
keberuntungan atau kemalangan seumur hidup bagi korban yang ditolong . Maksud
daripada P3K adalah suatu tindakan yang pertama sebelum korban dibawa ke team
medis atau untuk memperoleh fasilitas kesehatan yang lebih baik .
Tujuan sesungguhnya dari P3K adalah untuk mencegah
agar cedera yang timbul tidak lebih parah, menghentikan perdarahan, mencegah
nyeri dan menjamin fungsi saluran napas, sehingga korban dapat terselamatkan
dari bahaya maut semaksimal mungkin. Ada juga korban tidak hanya mengalami
trauma sejenis, tetapi juga kompleks sehingga penolongpun diharuskan untuk
mampu memberikan pertolongan sekaligus atau sesuai prioritas yang mengancam
nyawa.
Dalam kesempatan safety talk kali ini kita akan bahas secara praktis salah satu tindakan P3K pada kasus-kasus cedera pada alat gerak .
Dalam kesempatan safety talk kali ini kita akan bahas secara praktis salah satu tindakan P3K pada kasus-kasus cedera pada alat gerak .
1.
Pertolongan Pertama pada Korban
Patah tulang
2.
Pada kecelakaan akibat benturan
dengan benda keras terhadap tangan atau kaki harus dipikirkan kemungkinan
terjadinya patah tulang.
Ada dua jenis patah tulang, yaitu patah tulang tertutup dan terbuka. Pada jenis pertama, terjadi patah tulang tanpa ada luka di permukaan kulit. Biasanya, daerah di sekitar tulang yang patah menjadi bengkak dan tampak bentuk anggota tubuh tidak normal. Pada jenis kedua, tulang yang patah keluar ke permukaan kulit dari tempat luka.
Pertolongan mesti dilakukan hati-hati karena selalu ada bahaya infeksi, dan gerakan tulang yang patah dapat melukai pembuluh darah sekitarnya. Infeksi bisa terjadi baik pada luka maupun tulang. Hati-hati pula dalam menolong korban dengan dugaan patah tulang leher, tulang belakang, dan tulang rusuk, karena komplikasi yang mengancam nyawa atau menyebabkan lumpuh.
Ada dua jenis patah tulang, yaitu patah tulang tertutup dan terbuka. Pada jenis pertama, terjadi patah tulang tanpa ada luka di permukaan kulit. Biasanya, daerah di sekitar tulang yang patah menjadi bengkak dan tampak bentuk anggota tubuh tidak normal. Pada jenis kedua, tulang yang patah keluar ke permukaan kulit dari tempat luka.
Pertolongan mesti dilakukan hati-hati karena selalu ada bahaya infeksi, dan gerakan tulang yang patah dapat melukai pembuluh darah sekitarnya. Infeksi bisa terjadi baik pada luka maupun tulang. Hati-hati pula dalam menolong korban dengan dugaan patah tulang leher, tulang belakang, dan tulang rusuk, karena komplikasi yang mengancam nyawa atau menyebabkan lumpuh.
3.
Prinsip pertolongan pada penderita
patah tulang adalah membatasi dan mengurangi pergerakan. Ini karena pergerakan
dapat menimbulkan luka jaringan lain di sekitar tulang, sehingga menimbulkan
nyeri yang terkadang bisa membuat penderita syok atau pingsan.
Untuk segala jenis patah tulang, pertolongan pertama yang harus dilakukan yaitu pembidaian. Pada patah tulang terbuka, sebaiknya luka ditutup sementara dengan kain bersih. Bila ada perdarahan, hentikan. Segera bawa penderita ke fasilitas kesehatan yang dilengkapi dengan dokter dan bila mungkin alat rontgen.
Untuk segala jenis patah tulang, pertolongan pertama yang harus dilakukan yaitu pembidaian. Pada patah tulang terbuka, sebaiknya luka ditutup sementara dengan kain bersih. Bila ada perdarahan, hentikan. Segera bawa penderita ke fasilitas kesehatan yang dilengkapi dengan dokter dan bila mungkin alat rontgen.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Cedera
Otot Rangka
Alat
gerak yang terdiri dari tulang, sendi, jaringan ikat dan otot pada manusia
sangat penting. Setiap cedera atau gangguan yang terjadi pada sistem ini akan
mengakibatkan terganggunya pergerakan seseorang untuk sementara atau selamanya.
Gangguan
yang paling sering dialami pada cedera otot rangka adalah Patah tulang.
Pengertian patah tulang ialah terputusnya jaringan tulang, baik seluruhnya atau
hanya sebagian saja.
Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan,
dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang.
Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :
· Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
· Respon stres simpatis
· Perdarahan dan pembekuan darah
· Kontaminasi bakteri
· Kematian sel
3.2
Saran
Dari makalah diatas kami berharap
agar makalah ini bermanfaat dan
memberikan dampak positif bagi para pembaca. Semoga setelah membaca makalah ini
pembaca dapat lebih banyak mengetahui tentang Pertolongan pertama pada Cedera Luka terbuka dan Patah Tulang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar